June 6, 2023
slot gacor

Tidak dapat sembarangan didapatkan dan dipakai

Sampai sekarang ini tidak ada obat detil yang bisa menyembuhkan COVID-19, penyakit karena virus corona SARS-CoV-2.

Penyembuhan tergantung pada berapa kronis infeksi. Untuk penyakit yang enteng, istirahat di dalam rumah dan meminum obat untuk tangani demam kerap kali cukup. Tetapi, kasus yang semakin lebih kronis perlu rawat inap dengan penyembuhan dan perawatan yang kemungkinan terhitung oksigen tambahan, sirkulasi, dan perlakuan klinis simpatisan yang lain.

sebelum lanjut ke artikel, kalian wajib cobain main game di Mantap168, karna banyak keuntungan nya loh, selain kalian dapat penghasilan dengan hanya bermain game, kalian juga dapat menikmati bonus menarik setiap harinya, dan kalian bisa bermain game seru dimanapun dan kapanpun.

Telah banyak tersebar berita berkenaan bermacam obat untuk pengatasan pasien COVID-19. Satu diantaranya ialah Actemra. Obat apakah ini dan apa perannya?

1. Actemra sebagai repurposed drug dari obat untuk keadaan autoimun

Perlu digarisbawahi, Actemra bukan obat khusus untuk mengobati COVID-19. Awalnya obat ini dipakai untuk tangani artritis reumatoid atau penyakit autoimun.

Dikutip website resminya, actemra.com, obat ini dikenal juga sebagai pelawan reseptor interleukin-6 (IL-6). Umumnya obat ini dipakai untuk orang dewasa, ingat belum sempat dijumpai keamanan pemakaiannya pada beberapa anak, terutama umur di bawah dua tahun.

Perlu digarisbawahi, Actemra bukan obat khusus untuk mengobati COVID-19. Awalnya obat ini dipakai untuk tangani artritis reumatoid atau penyakit autoimun. Dikutip website resminya, actemra.com, obat ini dikenal juga sebagai pelawan reseptor interleukin-6 (IL-6). Umumnya obat ini dipakai untuk orang dewasa, ingat belum sempat dijumpai keamanan pemakaiannya pada beberapa anak, terutama umur di bawah dua tahun.

2. Obat ini akan mengikat IL-6 untuk menghalangi infeksi

Sebelumnya sempat disebutkan pada point awalnya mengenai IL-6. Prof. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt., Guru besar Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM Kampus Gadjah Mada menerangkan IL-6 ini adalah wujud protein yang dilepaskan badan saat terjadi badai sitokin (cytokine storm).

Badai sitokin terjadi saat badan melepas kebanyakan sitokin (salah satunya protein yang berperanan dalam mekanisme ketahanan tubuh) ke darah dalam bentang waktu secara singkat. Keadaan ini mengakibatkan sel imun serang jaringan dan sel badan yang sehat sampai usai pada infeksi. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan beberapa organ badan atau organ tidak berhasil berperan. Berikut argumen mengapa badai sitokin perlu dicurigai sebab bisa memberikan ancaman nyawa.

Nach, Actemra yang sanggup mengikat reseptor IL-6 itu menghalangi infeksi yang terjadi pada pasien. Dalam kasus infeksi COVID-19, obat ini dapat membenahi keadaan pasien sampai kurangi resiko kematian.

3. Proses therapy Actemra berlainan dengan obat lain

Actemra tidak dapat dipersamakan obat yang lain seperti Remdesivir, Ivermectin, atau obat-obat yang lain. Ini karena proses penyembuhannya berlainan. Bila Ivermectin ditujukan secara langsung ke virusnya untuk menghambat infeksi virus melebar atau makin kuat, karena itu Actemra seutuhnya untuk menahan keadaan infeksi yang makin kronis pada pasien COVID-19.

“Actemra tidak terkait dengan virusnya, tapi lebih ke proses infeksinya yang mana tidak cuma COVID-19 sebagai pemicu. Karena itu, Actemra awalnya ialah obat sah artritis reumatoid, penyakit autoimun yang diikuti infeksi persendian,” jelas Prof. Zullies.

4. Ada beberapa efek yang dapat disebabkan dari obat ini

Ingat Actemra terkait secara langsung dengan imun badan, karena itu efek yang dapat terjadi juga lumayan banyak. Dari website resmi dan launching Actemra, obat ini minimal punyai beberapa efek yang terdiri sama sesuai frekwensi pada pasien.

Efek yang paling biasa terjadi ialah terjadi infeksi aliran napas yang diikuti tanda-tanda seperti batuk, hidung mampet, sampai sakit kepala; dan ada reaksi badan pada lokasi penyuntikan. Ini bisa terjadi pada satu diantara 10 pasien yang mendapatkan obat itu. Efek yang lain mencakup infeksi paru, permasalahan di kulit, tekanan darah tinggi, kenaikan kandungan cholesterol, dan sebagainya

Dalam pada itu, efek yang terhitung jarang-jarang atau mungkin tidak umum, atau dirasakan sekitaran satu diantara 100 pasien, ialah divertikulitis, infeksi jamur oportunistik, pankreatitis, selulitis, dan sebagainya.

5. Dokter akan memperhatikan efek yang terjadi pada pasien dan akan selekasnya ambil perlakuan

Prof. Zullies menjelaskan jika efek Actemra memiliki sifat individual. Itu maknanya setiap orang punyai efek berlainan dan semuanya akan disamakan keadaan pasien. Dokter pemberi resep akan seutuhnya bertanggungjawab akan hal tersebut dan akan tindak lanjuti dampak pemakaian obatnya.

“Bakal ada perlakuan tertentu sama sesuai efek yang ada, tapi bukan tidak mungkin saja si dokter yang menjaga akan hentikan obat pada pasien jika diperhitungkan memberikan efek berlebihan,” Prof. Zullies menjelaskan.

Dia juga mengingatkan jika pemakaian Actemra tidak dapat asal-asalan dan untuk saat ini cuma diberikan ke pasien COVID-19 memiliki gejala berat sama sesuai tanda-tanda.

“Perlu dimengerti jika obat ini dapat diberikan ke pasien COVID-19 dengan keadaan berat yang telah alami infeksi. Harga juga mahal karena sebagai produk biologi, diberi berbentuk infus, dan cuma dapat diberi oleh dokter dengan memerhatikan keadaan pasien . Maka, percayai ke dokter berkaitan dengan anjuran pemakaiannya, terlebih jika obat ini diberi untuk rumor COVID-19,” pesan Prof. Zullies.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *